Front Office

Sabtu, 30 Oktober 2010

my first FF I've ever create

Yeyy....ini ff prtama vee yg d publish k FB (yg g ter publish ada banyak. d dlm pikiran sih)
Ini smw berkat tmn2 FB tenipuri yg sering bikin ff, vee jd ikut2an deh~ *d lindes*

ff pertama vee ttg Silver Pair  n para OC. Jadi, kalau pada g suka OC, silahkan langsung klik Beranda yg ada d bagian bawah blog ini *bercanda mulu dr td!*

Kalo bikin ff itu hrs ada ini y?
Disclaimer:
Pair:
Rated: 
Buat yg uda senior d bidang FF, tlg koreksi y!!!

Saa, dozo!




“Kyaaa!!!”
”?? Senpai?!” tukas Saki kaget mendengar dan melihat senpai nya terjatuh
”Ittaa...”
”Senpai tidak apa-apa? Ayo, aku bantu berdiri!” seru Saki sambil membantu senpai nya tersebut untuk dapat berdiri
’Akhh...kenapa rasa nya sakit sekali, padahal hanya jatuh biasa’, keluh Hikaru dalam hati.
”Kenapa senpai bisa sampai jatuh?" tanya Saki penasaran
”eetooo, aku tidak sadar kalau ada batu setelah tangga tadi”
”Hehh? Batu? Ahh..benar! Berbahaya sekali kalau ada yang jadi korban seperti senpai lagi!”
”Wahh..kalian? Sedang apa di sana?" sapa Shisido yang diikuti oleh Ootori.
”Shisido senpai?” jawab Hikaru dan Saki bersamaan.
”Apa kau baru saja jatuh, Akiyama san?" tanya Ootori melihat ada yang tidak beres dengan lutut Hikaru.
”Ahh..tidak! Aku baik-baik saja!” jawab Hikaru sambil melepaskan pegangan tangannya pada Saki. ”Aku duluan!”
”?? Senpai...” ucap Saki tanpa sadar karena mengkhawatirkan cara berjalan Hikaru yang tertatih-tatih.
”Memang ada apa dengan Akiyama, Choutarou?” tanya Shisido
”Ootori senpai hebat ya? Bisa tahu keadaan oneechan hanya dengan sekali lihat?”
”Ehh? Memang dia kenapa?” tanya balik Ootori untuk menutupi rasa malunya di puji seperti itu. ”Oneechan...."

Dilapangan tenis....

Siang ini lapangan tenis putri Hyoutei tetap ramai seperti biasa. Meskipun matahari sedang bersinar dengan terang tapi tetap saja tidak mengurangi semangat para anggota untuk berlatih. Apalagi pertandingan Kantou tinggal 2 hari lagi. Daripada dimarahi ketua karena terlihat sedang bermalas-malasan, lebih baik mereka berlatih meskipun itu hanya untuk pemanasan.
”Akiyama, Ayase, masuk ke lapangan D! Lakukan pertandingan untuk menentukan urutan Doubles kalian di pertandingan nanti.” perintah ketua mereka.
”Baik!”

1 Jam kemudian....

”3 Game to 2, Change court!” suara wasit mengumumkan kedudukan sementara yang unggul bagi ganda Hikaru dan Saki melawan Nagai dan Mihara, senpai kelas 3 sekaligus ganda terbaik Hyoutei.
”Kerja bagus, Saki!” seru Hikaru pada Saki untuk kemenangan mereka di game ke 5.
”Oneechan juga! Terima kasih tadi mau meng-cover bagianku.”
”Tidak masalah. Kita ganda bukan?”
”Iya!”

”Tidakkah kau pikir mereka kombinasi yang bagus untuk ganda?” komentar Oshitari
”Ahh...Mungkin akan ada ganda baru untuk tim tenis putri Hyoutei” jawab Atobe
”Mereka saling mengejar. Angka demi angka, mereka hasilkan dengan perjuangan.” seru Shisido
”Iya” Tanpa disadari oleh para pemain, semua anggota klub memenuhi lapangan tempat mereka bertanding. Lapangan menjadi ramai dengan sorak-sorai penonton murid di luar angota klub. Sebagian mendukung ganda Nagai dan Mihara yang tidak bisa dipungkiri kehebatan mereka. Tetapi sebagian lagi percaya, bahwa ganda yang terdiri dari kelas 2 dan kelas 1 ini bisa mengalahkan ganda terbaik Hyoutei.
”Lakukan sesuai dengan strategi kita, Saki.” ujar Hikaru pada Saki sesaat sebelum serve dimulai.
”Tentu!”

Pertandingan dilanjutkan kembali dengan serve dari pihak Nagai. Bola serve diterima oleh Saki dengan baik. Mihara mengembalikan bola dan dikembalikan oleh Hikaru dengan Drop Shot di depan net, di belakang Saki sudah siap meng-cover bagian senpainya. Nagai berlari mengejar bola dan berhasil mengembalikannya ke sebelah kiri Hikaru. Secara reflek, Hikaru menyeret kaki kirinya untuk mengejar bola tapi itulah yang menjadi titik fatal Hikaru. Karena terburu-buru mengejar bola, dengan keras tubuhnya menghantam lapangan tenis.

Sakit. Itulah yang dirasakan Hikaru. Lebih sakit saat terjatuh tadi.
”Senpai!” seru Saki sambil menolong Hikaru
”...ukkhhh...” rintih Hikaru pelan. Samar-samar didengarnya, ada yang menertawakan dirinya yang terjatuh. Sungguh, itu merupakan hal yang membuat Hikaru malu hingga di dalam hatinya terbesit untuk berdiri tegak dan segera melanjutkan pertandingan. Tetapi, rasa sakit ini tidak mau hilang bahkan semakin sakit saat digerakkan.
”Ada yang tidak beres dengan Akiyama san.” ujar Ootori melihat keadaan Hikaru
”Eh?” jawab Shisido yang tidak di gubris oleh Ootori yang langsung melesat menuju lapangan.
”Oneechan! Oneechan tidak apa-apa?”
“Huhh…tentu…ukhh..!” ucap Hikaru yang berupaya untuk tetap kuat didepan kouhai nya tersebut.
”Oiii, kau tidak apa-apa?” tanya Nagai, khawatir.
”...” Saki hanya bisa menatap Nagai tanpa memberikan jawaban. Lalu berpaling kembali pada Hikaru.

”Bawa dia keluar lapangan. Ganti dengan yang lain!” ucap Sakaki sensei yang sedari tadi melihat pertandingan mereka. Meskipun terdengar seperti kalimat biasa, Hikaru merasakan ada penekanan pada ucapan Sakaki sensei untuk segera menyingkirkan pengganggu lapangan. Atau lebih dari itu, dia dan kouhai nya telah gagal merebut predikat doubles untuk pertandingan nanti.

”Akiyama san!” ucap Ootori tiba-tiba di samping Hikaru yang membuatnya kaget. ”Kau tidak apa-apa? Coba luruskan kakimu!” perintah Ootori.
”Ooii, Choutarou! Apa yang akan kau lakukan?!” sahut Shisido dari belakang Ootori.
”Melakukan pertolongan pertama, tentu saja.” sahut nya sambil melepas sepatu Hikaru dan menggerakkan kakinya sambil memijat bagian yang merupakan sumber keluhan bagi Hikaru.
”Aa....” rintih Hikaru.”.....? Bagian ini sakit?” tanya Ootori sambil memijat bagian lain.
”....I-i..ya...”
”.....”
”Bagaimana, Choutarou?”
”Entahlah....”
”Hekhh?! ’Entahlah’ katamu?! Lalu apa yang kau lihat tadi?!” jawab Shisido tercengang karena jawaban Ootori yang mengambang.
”Eeee...aku hanya memijat bagian yang sakit tanpa tahu apa-apa."
”...........”
”...........”
”...........”


”CHOUTAROU.....!!!!!”
”.........” Hikaru hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya mendengar jawaban Ootori. Tidak menyangka kalau Ootori bisa sekonyol itu.
”Ahahaha.....maaf, tapi...Akiyama san benar-ben....”
”Kabaji, bawa dia ke ruang kesehatan!" perintah Atobe memotong omongan Ootori.
”Usu...!” seru Kabaji menuruti perintah Atobe sambil berjalan ke tempat Hikaru dan menggendongnya ke ruang kesehatan.

Sepulang latihan...

Angin semilir berhembus menyentuh pipi Saki. Terasa nyaman karena sekarang hampir memasuki musim panas. Sambil berjalan menjadi tumpuan senpai nya, Saki berupaya menawarkan bantuan untuk mengantar hingga ke rumah yang ditolak dengan halus oleh Hikaru. Khawatir, jangan-jangan di tengah perjalanan nanti, akan ada sesuatu yang lebuh buruk daripada terkilir.
”Sungguh, aku tidak apa-apa. Pulanglah.”
”Tapi...”
”Sampai jumpa besok.”
”......senpai....”

Di taman....

Angin dingin berhembus di taman yang biasa nya ramai oleh anak-anak kecil di sore hari ini. Warna senja hari ini tidak mampu menghapus kesedihan yang dirasakan oleh Hikaru. Padahal biasanya hanya dengan warna matahari senja, semangat Hikaru akan bangkit seberat apapun masalahnya. Kesal, tidak berdaya dan malu. 3 kata itu yang mewakili perasaannya sekarang.

Tidak ada siapapun di taman itu selain Hikaru dan Saki, yang mengikutinya diam-diam. Hanya penyesalan yang mendalam yang bisa dipikir oleh Hikaru. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari penentuan pasangan doubles mana yang akan maju ke pertandingan Kantou besok. Tapi semuanya hancur hanya karena kecerobohan seseorang yang bernama Akiyama Hikaru.
”Pasti Saki juga ingin mengikuti pertandingan Kantou besok lusa. Tapi aku sudah menghancurkan harapannya. Aku...bodoh...”, airmata yang sedari tadi ditahannya mengalir tanpa diperintah oleh Hikaru.

Suara tangisan yang mulai dapat didengar oleh Saki menyayat hatinya yang sedari tadi mendengarkannya dalam diam. Dia berencana untuk menemani senpai nya tersebut untuk menenangkan atau kalau pun lebih dari itu, dia ingin menangis bersama-sama. Saki mengerti betul kalau yang membuat senpainya galau seperti itu adalah pertandingan tadi. Karena itu ia, sebagai partner dari Hikaru, ingin merasakan apa yang dirasakan oleh partnernya meskipun itu hanya sedikit. Itulah, sedikit hal yang selama ini dipelajari oleh Saki sejak dia ber partner dengan Hikaru.
’Meskipun nanti senpai marah kalau aku memergokinya seperti ini, yang penting aku bisa ada di sampingnya dulu!’ , tekad Saki didalam hati.

”Akiyama san!”, seru suara seseorang secara tiba-tiba
”......”, baik Hikaru maupun Saki hanya terdiam melihat Choutarou datang tiba-tiba ke taman dengan terengah-engah.
’Ootori.......senpai?’
”Ootori kun....Kenapa kau di sini?”
”Maaf, latihan hari ini membutuhkan waktu lama. Karena itu aku langsung mencarimu begitu latihan selesai.”
”.....”, tanpa menghiraukan airmata yang masih mengalir, Hikaru hanya menatap Choutarou, heran. ”...kenapa?”
”Karena aku tahu, pasti akan begini jadinya.”, ucap Choutarou sambil berjongkok didepan Hikaru dan membawa tangannya ke mata Hikaru yang basah. Sadar akan hal itu, Hikaru langsung menghapus airmata nya untuk menutupinya dari Choutarou.
”Ahh...maaf, aku sedikit lelah dengan kejadian yang menimpaku akhir-akhir ini. Jadi sedikit kulampiaskan dengan mena....”, ungkap Hikaru pada Choutarou yang terpotong karena sesuatu yang disodorkan padanya. Sebuah sapu tangan.
”Aku mengerti. Aku sangat mengerti perasaanmu, Akiyama san.”
”......”
”Sudah lama aku dan Shisido san memperhatikan ganda kalian, karena kami pikir, kalian mirip dengan kami.”
”Ehh.....?”
”Kalian...sama dengan kami dalam hal partner doubles yang baru terbentuk.”, seru Choutarou sambil meminta Hikaru berdiri.
”Awalnya kami meremehkan kalian karena gerakan kalian yang terlalu kaku saat bermain di pertandingan pertama. Tapi begitu tahu kalian berlatih sendiri di luar jam latihan, Shisido san langsung sadar bahwa Akiyama san dan Ayase san.....” lanjutnya sambil melihat Hikaru dan mengambil nafas panjang. ”Kalian berdua.....punya chemistry yang bagus, jauh lebih berkembang daripada saat pertama dulu.”

Diam, hanya itu yang dilakukan oleh Choutarou, Hikaru dan Saki, tentunya jika ia tidak ingin ketahuan menguping pembicaraan mereka.
“Arigatou....”, kata Hikaru sambil menempelkan kepalanya di dada Choutarou. “Aku juga menganggap seperti itu. Dulu, sebelum kejadian di lapangan hari ini terjadi.”, geram Hikaru pada dirinya sendiri, sambil menitikkan air matanya kembali. Meskipun kaget dengan tindakan Hikaru, Choutarou berusaha untuk menenangkannya dengan memegang kedua pundak Hikaru.
“Menurutku, Ayase san pasti merasakan apa yang menjadi beban Akiyama san hari ini.”
“....Aku tahu itu...”, jelas Hikaru sambil terisak. “Tapi aku tidak mau dia melihatku dalam keadaan lemah seperti ini. Sebagai senpai, aku tidak mau membuatnya semakin terjatuh karena kondisiku.”
“......”

“Aku lelah dengan semua ini! Selalu saja....saat aku memperjuangkan suatu hal, aku tidak pernah bisa mendapatkannya! Seperti sekarang, padahal ada kesempatan untuk menjadi anggota reguler, tapi aku malah menghancurkan semuanya!”, ucap Hikaru. Choutarou dapat merasakan tubuh Hikaru bergetar, tanda ia menahan amarah. Meskipun tidak pernah menghadapi masalah seperti yang dihadapi Hikaru sekarang tapi Choutarou mengerti betul, ada luka yang dalam di hati Hikaru karena kejadian hari ini.
“Tidak apa....”, kata Choutarou. Perlahan, lengannya berusaha menjangkau seluruh pundak Hikaru hingga Choutarou sadar bahwa ia telah memeluk orang yang ada dihadapannya itu. “Tidak apa jika Akiyama san beristirahat saat merasa lelah. Tidak masalah jika Akiyama san menangis saat ingin menangis. Akan ada seseorang yang mau mendengarkannya. Entah itu aku, Ayase san, atau orang lain yang Akiyama san percaya. Karena Akiyama san tidaklah sendirian.”, ujar Choutarou untuk mengembalikan semangat Hikaru. “......Aku...mungkin aku memang tidak pernah mengalami hal yang Akiyama san rasakan sekarang.”
”.....??”
“Tapi Shisido san, dia….dia mengatakan padaku bahwa jika ada yang ku risaukan tentang tennis, katakanlah padanya. Karena bagaimanapun, Shisido san adalah partner ku, baik nanti maupun sekarang.”
“......”
’Tidak apa kalaupun kalah. Hal itu yang akan menjadi kekuatan terbesarmu. Karena kau akan mengingat rasa sakit itu selamanya dan menjadikanmu tidak mau kalah dari siapapun’. Kata-kata itulah yang berhasil membuatku bangkit saat aku sedang down.”
“......!!!”, baik Hikaru maupun Saki mulai mengerti arti dari perkataan Choutaroui tadi.
’......Tepat pada sasaran, perkataan Ootori senpai.....’
”Berarti tadi aku sudah membuat Saki lebih sakit hati lagi dengan sikapku.”, ucap Hikaru lirih sambil melepas pelukan Choutarou.
”Pasti dia mau memaafkanmu.”, balas Choutarou
”...benarkah?”
”Tentu saja”, jawab Choutarou dengan senyum kecil dimulutnya.
”.......Kalau begitu, aku akan segera ke rumah Saki. Sampai jumpa, Ootori kun!”, ucap Hikaru sambil berlari meninggalkan Choutarou sendiri setelah tenggelam dalam pikirannya.
”Ekhh!! Akiyama san...!”, seru Ootori melihat Hikaru berlari
”Akh...iya!”, celetuk Hikaru mengingat sesuatu sambil menoleh dan tersenyum pada Choutarou. ”Terima kasih, Ootori kun!”
”.....hah? Hanya begitu saja? Ukhh....”, keluh Choutarou lemas karena kecewa dengan reaksi Hikaru yang melupakannya begitu saja.
’Ootori senpai...di lihat dari gerak-geriknya, sepertinya....’, pikir Saki didalam hati yang mulai sadar akan maksud tindakan Choutarou pada Hikaru. ’Fufufu...kalau memang begitu, kasihan sekali Ootori senpai hari ini.’
”......Apa ada yang terlupa ya?”, bisik Saki dalam hati. Samar-samar di dengarnya Choutarou mengatakan sesuatu. ”Apa aku harus mengejarnya ke rumah Ayase?”

”......”, pikir Saki diam, lama, sebelum akhirnya menyadari.
’ONEECHAN!!!! Dia sekarang ke rumahku!’, teriak Saki di dalam hati yang langsung berlari menuju rumahnya secepat yang ia bisa. Hari itu, Saki berjanji tidak akan menguping pembicaraan orang lagi yang hanya akan merugikan dirinya sendiri, seperti sekarang ini....

Keesokan harinya....

”Ootori kun, ohayou!”
”...!!”, kaget karena tiba-tiba dipanggil oleh suara yang dia kenal, tanpa berkata apa-apa Choutarou menoleh ke sumber suara. ’Akiyama san...’
”Terima kasih atas saranmu kemarin. Tanpamu, mungkin sekarang aku masih frustasi.”, seru Hikaru didepan Ootori, mendongak.
”Ti-tidak masalah. Ohayou...”
”Iya, ohayou, Ootori kun!”, jawab Hikaru dengan semangat.
”.......”, terdiam tersipu malu Choutarou melihat Hikaru hari ini. Bayangan dia akan disapa oleh perempuan satu ini, sudah muncul setahun yang lalu. Tapi, memangnya kemarin malam dia bermimpi apa sampai-sampai hari ini khayalan tingkat tingginya jadi kenyataan?
”...?? Ootori kun? Ada apa?”, tanya Hikaru melihat Choutarou terdiam
”I-itu...ano...Akiyama san...”

’Huhh...Pagi-pagi sudah dapat pemandangan seperti ini.’, keluh saki melihat Choutarou dan Saki dari depan gerbang sekolah Hyoutei, bersembunyi.
”Aa...woii...Ayase! Ohay....huumfftt...”
”Jangan berisik!”, ucap Saki sambil membekap mulut Shisido
”Uhmfftt....gahh...memangnya kenapa?!”, jawab Shisido saat berhasil lepas dari bekapan tangan Saki. Menyesakkan, pikirnya.
”Lihat itu.”
”Hmm...?? Choutarou? Dengan Akiyama?! Sejak kapan...”
”......Nee, Shisido senpai.”, panggil Saki membelakangi dinding tempat mereka bersembunyi
”...?? Apa?”
”Terima kasih....”
”Hah? Untuk apa?”
”Sudah memperhatikanku dan oneechan”
”.....”
”Ootori senpai sudah menceritakan semua. Bahwa kau sering memperhatikan kami meskipun kami ganda baru dan tidak becus....”
”Jangan berkata seperti itu!”
”....pada awalnya”, ujar Saki sambil menatap Shisido
”...hah?”
”Makanya, dengarkan dulu pembicaraan orang sampai selesai.”, lanjut Saki. ”Oneechan benar-benar berusaha untuk membuat kami diakui oleh Sakaki sensei dan pemain lain. Karena itu, aku juga. Akan berusaha mendukungnya seperti Ootori senpai mendukungmu.”
”.....”
”Ganda itu...dilakukan oleh 2 orang bukan?”
”......Iya, ganda itu 2 orang”, jawab Shisido

”Huhh....tentu saja 2 orang, kalau hanya seorang itu berarti Single.”, ucap Atobe tiba-tiba mengagetkan Saki dan Shisido.
”Uwaa....Atobe senpai! Sejak kapan disini?”, tanya Saki
”Ahn~ sejak kapan kau bilang? Sejak pembicaraan bodoh kalian berdua dimulai”
’Pembicaraan bodoh, katanya’ , ucap Saki didalam hati
”Atobe, dasar kau....”
”Kalau kau memang mendukung partnermu, buktikan padaku pada pertandingan Kantou besok. Menangkan pertandingan yang kalian hadapi.”
”Ehhh...?” Tapi kami sudah gagal dipertandingan kemarin.”
”Lagipula Atobe, kau bukan ketua klub tenis putri. Kenapa malah kau yang memutuskan?”, sindir Shisido
“Ahnn~ kau kira siapa Ore sama ini? Tidak ada yang akan menolak keputusanku.” jawab Atobe pada Shisido yang kemudian berpaling ke Saki. ”Lagipula, siapa yang mengatakan bahwa kau sudah gagal di pertandingan kemarin?”
”Ekhh? Tapi kemarin, kaki Oneechan...”
”Hanya terkilir bukan? Jika seperti itu, bisa disembuhkan dalam waktu 1 atau 2 hari.”
”Be-benarkah?”
”Tentu saja.”, jawab Atobe

”Kata kakak, cederaku tidak terlalu parah. Mungkin cederaku ini juga karena aku terjatuh sebelum bertanding. Jadi....”, ucap Hikaru pada Choutarou yang terpotong karena melihat Saki yang berlari ke arahnya. ”Ahh...Saki, oha...uwaa....!”
”Akhh....hati-hati!”, seru Choutarou sambil menahan tubuh Hikaru dari belakang. ”Kau tidak apa-apa, Akiyama san?”
”Iya...terima kasih”, ucap Hikaru pada Choutarou. ”Saki??”
”Ahhh....! Maaf oneechan! Aku benar-benar lupa kalau kau sedang cedera! Tapi...tapi...Oneechan....”
’Mau sengaja atau tidak, tapi kau sudah menabrakku, Saki.’, pikir Hikaru.
”....Atobe senpai mengijinkan kita untuk mengikuti pertandingan Kantou besok.”
’Huhuhu.....sakit....Apa?’, keluh Hikaru yang kemudian menyadari sesuatu.
”Benarkah itu, Ayase san?”
”Tunggu, apa yang kau katakan tadi Saki? Kantou? Atobe? Dia mengijinkan kita?”, ucap Hikaru bingung
”Iya! Atobe Senpai yang mengatakannya!
”Benar-benarkah?!”
”Omedettou nee, kimi tachi.”

”Menurutku, telah lahir pasangan ganda putri baru. Tidakkah kau berpikir begitu, Atobe?”, tanya Shisido sambil melihat Choutarou, Hikaru dan Saki yang sedang bergembira karena berita yang baru saja didapat.
”Huh...tentu saja. Dan kau....”, ucap Atobe sambil melihat Shisido dengan tampang sombongnya. ”Sudah meniru apa yang Ore sama katakan kemarin.”
”Gehh...Apa kau bilang?”, jawab Shisido sambil menahan malu karena berhasil di skak-mat Atobe.
”Fhumm....”, respon Atobe menanggapi reaksi Shisido
“Dasar Atobe…..”, geram Shisido melihat Atobe. Saat berpaling melihat wajah gembira Hikaru dan partnernya membuat Shisido ikut berkumpul untuk berbagi kebahagiaan dengan orang yang disukainya, yang telah disapanya pagi ini.

  -The End-

Yapp...itulah ff prtama Vee. Tentunya bnyk kekurangan n sarat dgn unsur Shoujo. 
Tapi...tapi...Vee emang blm isa bikin ff pairing (lbh tepatnya g prcaya diri)!!!

Uda deh, drpd banyak bacot, vee minta kritik sarannya aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You have klik in Comment. So, comment which make me better. Douzo!