Front Office

Selasa, 11 Oktober 2011

Offre ~ For You - Prologue

Postingan 'ngasal' tentang kelanjutan FF paling pertama saya. Karena kekurangan ide tentang FF Atobe selanjutnya, iseng-iseng posting FF ini yang uda dipublish duluan di FB.

Yang rekues Atobe, sabar ya!!
Author satu ini suka mimisan+pingsan pas mbuat ceritanya


Warning : terdapat 2 OC, jadi kalau tidak suka, silahkan berganti ke topik lain di blog ini.
Disclaimer : TAKEshi KONomi
Timeline-nya dicerita ini, setelah Ootori - Hikaru jadian.


Offre ~ For You - Prologue
by Aoyagi Mitsu VeRin




Choutarou’s view
Siang yang mendung menemani istirahat siangku bersama Shisido san, Ayase dan Akiyama san, yang sekarang lebih sering ku panggil dengan Hikaru, di kantin Hyoutei ini. Sejak kejadian di taman beberapa bulan silam, kami berempat jadi semakin akrab. Makan bersama di kantin ini pun, seperti sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita.

“Tidak terasa ya….sebentar lagi Shisido senpai dan para senpai yang lain akan segera lulus dari sekolah ini.” tanya Hikaru 

“....Oo..aaa...begitulah.” jawab Shisido san. Apa aku salah dengar? Sekilas tadi sepertinya Shisido san tidak langsung menjawab pertanyaan Hikaru.

“Wahh...jadi sepi kalau begitu.” ucap Ayase. “Karena.....Shisido senpai selalu yang paling semangat kalau kita berkumpul seperti ini.”

“......”

“......” baik aku dan Hikaru terdiam mendengar jawaban polos dari Ayase

“...Benarkah itu, Ayase? Kalau begitu, kau pasti akan kesepian tanpaku. Hahaha.....!” jawab Shisido san yang diikuti dengan tawa khasnya.

“Sepertinya. Hahaha.....! Tapi untung saja masih ada Ootori senpai, jadi aku tidak terlalu kesepian.

“Ehh?” jawabku sedikit kaget

“Hekh?!” jawab Hikaru tidak kalah kaget sambil melihat Shisido san.

“Oneechan tidak perlu khawatir. Aku tidak akan merebut Ootori senpai darimu.”

“Ehh? Ehh?” Hikaru hanya kebingungan menjawab Saki yang secara tidak sadar, mungkin, membuat perasaan Shisido san down karena candaannya tersebut. “Bu-bukan itu masalahnya....Akkkhhh....” rintih Hikaru kesakitan.

“Oneechan?”

“Ahh...aku lupa ada rapat untuk perpisahan para senpai. Aku duluan.” jawab Hikaru berbohong sambil beranjak berdiri dari tempat duduknya. Aku bisa pastikan, suara rintihan Hikaru tadi karena Shisido san menendang kakinya untuk tidak kelepasan bicara

“Ohh...neechan jadi panitia?”

“Iyaa...sampai jumpa latihan nanti, Saki.”

‘Hikaru san....’ aku heran, kenapa dia tiba-tiba pergi. Karena dia tiba-tiba pergi juga, pembicaraan kami tiba-tiba berhenti. ‘Apa aku lebih baik juga pergi dari sini?’  

Saat memikirkan itu, aku menerima e-mail dari Hikaru yang memintaku untuk segera meninggalkan mereka berdua dan pergi menemuinya di kelas. “Maaf....” kataku memulai pembicaraan.

“.....?”

“Aku harus pergi ke kelas. Teman-teman akan segera memulai rapatnya. Kalian berdua, lanjutkan saja ngobrolnya.” ucapku sambil meninggalkan meja.

####

“Cihhh....terkadang aku iri pada Ootori senpai dan oneechan.”

“....Kenapa?”

“Mereka selalu berdua dimana saja. Entah itu dikelas ataupun diklub. Apalagi…mereka saling menyukai. Pasti...menyenangkan kalau setiap saat bisa bersama dengan orang yang disukai. Seandainya saja...orang yang kusukai sekarang bisa membalas perasaanku juga.”

“.....! Kau punya orang yang kau sukai, Ayase?”

“Iya....”


Hikaru’s view
Huffttt....aku langsung lari begitu saja saat keadaan mulai seru. Karena aku pikir, Shisido senpai akan down saat Saki bercanda seperti itu.

‘Tapi untung saja masih ada Ootori senpai, jadi aku tidak terlalu kesepian’

Aku pikir, mereka berdua perlu diberi waktu untuk sendirian agar Shisido senpai bisa segera mengatakan perasaannya pada Saki. Sebelum dia lulus....dari Hyoutei ini.

“Hei Hikaru! Rapat sudah dimulai!” panggil orang yang duduk di depanku.

“Ehh?? Ahh...maaf! Aku melamun.”

“Maaf aku terlambat!!” ucap Ootori sambil masuk kelas dan melihat yang lain sudah duduk dengan rapi dibangkunya masing-masing. “Cepat duduk dibangkumu, Ootori.”

“Iya!” balas Ootori dengan bahasa yang sopan. “Memang jam istirahat sudah selesai? Kenapa semua sudah berkumpul kecuali aku?” tanya Ootori padaku yang duduk persis disebelahnya.

“Aku dengar, semua bersemangat saat tahu kita akan mengadakan drama untuk pertunjukan nanti.” jawabku sambil tersenyum geli pada bahasa sopan yang dia gunakan padaku.

“Hohh...”

“Nee Choutarou, kau masih saja menggunakan bahasa sopan padaku meskipun kita sudah jalan selama beberapa bulan.”

“.....” wajahnya sedikit bersemu merah setiap saat aku menyinggung “sudah berpacaran” padanya. Itulah wajah Choutarou yang paling aku suka. Dia...tampak manis seperti saat anak kecil diberi pujian.

“..Kalau begitu, kita mulai saja rapat persiapan untuk perpisahan senpai kita yang akan diadakan 1 bulan lagi.” kata ketua kelas memulai.

“Ka-karena...Hikaru san adalah orang terpenting bagiku jadi...aku tidak mau berbicara dengan bahasa yang berantakan. Lagipula, sudah dari kecil aku dibiasakan berbicara sopan seperti itu.” katanya padaku sambil tersenyum.

‘Orang terpenting ya?’ aku jadi teringat perkataan Ootori waktu itu.

  
“Mungkin menurutmu, aku memang tidak sopan mengatakan hal ini secara tiba-tiba. Tapi....selama ini aku tidak pernah menganggapmu sebagai seorang teman.”
“.....!! O-Ootori.....”
“Jangan panggil aku Ootori!”
“....Ughh...”
“.......Panggil aku Choutarou. "
“Ehh...??”
“Aku ingin kau memanggilku Choutarou, karena kau orang yang paling berarti bagiku.”
“........”
“Aku menyukaimu, Hikaru san.”


Aku tersenyum sendiri mengenang hal tersebut. Baru kali itu aku tahu kalau Choutarou bisa menaikkan nada suaranya pada orang lain.

“Hikaru san....kenapa kau tersenyum sendiri?”

“Ahaha….tidak. Hanya mengingat kejadian yang lucu saja.”

“…..tema drama kita biasa saja. Drama percintaan yang terjadi di kehidupan sehari-hari.” lanjut ketua mendiskusikan persiapan drama yang diikuti keluh kesah yang lain.

“Ehh?”

“Lalu apa bedanya?”

“Apanya yang seru?”

“Tenanglah!” jawab ketua menenangkan. “Mohon perhatian kalian. Yang membuat berbeda adalah aku ingin menampilkan salah satu kelebihan yang dimiliki kelas ini yaitu kemampuan Ootori kun.” tambahnya setelah berhasil menguasai keadaan.

“Ehh?”

“Kemampuan Ootori? Bermain piano, maksudmu?”

“Bagus juga…” terdengar komentar yang lain.

“Aku…? Bermain piano?”

‘Choutarou bermain piano? Apa…tidak berlebihan? Rasanya selain Choutarou, masih ada anak lain yang berbakat di bidang musik dikelas ini.’

 “Maaf….bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” ucap Ootori

“Aku bermaksud untuk menjadikan drama ini dengan kau sebagai tokoh utama. Berperan sebagai pianis yang akan disukai lawan mainmu.”

“Tapi masih ada orang lain yang lebih hebat bermain piano daripada aku di kelas ini. Lagipula kalau hanya bermain piano yang ditonjolkan, penonton akan bosan.”

“Tentu saja bukan hanya hal itu. Ini adalah drama percintaan yang akan dibumbui dengan permainan pianomu yang memikat orang itu, Ootori kun. Aku kira tidak sulit bagimu untuk bermain piano, apalagi kau termasuk salah satu pianis terkenal disekolah ini.”

“Tapi….”

“Apa kau keberatan?”

“Tidak, bukan itu. Maksudku, bagaimana dengan pendapat teman-teman?”

“Karena itu aku mengadakan rapat ini, untuk menanyakan pendapat kalian.”

“Boleh juga idenya….” mulai terdengar keluhan dari beberapa siswa

“Iya…berpasangan dengan Ootori kun yang seorang pianis hebat. Aku mau….”

“Cihhh….cerita yang membosankan. Kenapa tidak mengambil tema lain….”

“Semuanya tenang!” kata ketua. “Aku akan mengadakan voting untuk mengetahui pendapat lain. Jadi bagi yang setuju, sekarang angkat tangan!” perintahnya. Tidak sedikit yang setuju dengan ide tersebut termasuk aku. Kemampuan bermain piano Ootori tidaklah buruk dan hal itu juga yang menjadi salah satu daya tarik di drama ini.

”Yang tidak setuju?” Seperti yang aku katakan, kebanyakan teman-teman setuju dengan ide tersebut sehingga hanya segelintir orang, yang mungkin iri dengan kemampuan Ootori, tidak setuju dengan keputusan tersebut.

”Kalau begitu sudah diputuskan bahwa kita akan mengadakan drama di perpisahan anak kelas 3 nanti. Detail ceritanya akan lebih jelas saat naskahnya sudah jadi. Ada yang mau menambahkan?”

Ruang kelas mulai ramai dengan banyaknya pertanyaan dan juga protes dari teman-teman. Salju sudah turun saat aku melihat keluar jendela. Lembut. Bagaikan bunga Sakura yang jatuh tertiup angin.

’Jadi betah melihatnya lama-lama. Oya, ngomong-ngomong masalah salju, musim semi pasti segera tiba. Sebentar lagi aku akan jadi anak kelas 3 ya?' 

Banyak yang terjadi tahun ini. Mulai dari pertemuanku dengan Choutarou dan Shisido senpai, kejadian saat aku terkilir yang mulai mengakrabkan kami berempat, kekalahan klub tenis dari Seigaku untuk ke 2 kalinya berturut-turut yang membuat kami, baik klub tenis putra dan putri, mendapat porsi latihan tambahan lebih banyak dari biasanya. Lalu, setelah berhasil bebas dari latihan tersebut, kami berempat pergi bersama dan mengunjungi rumah Choutarou untuk pertama kalinya (dan baru kusadari, bahwa dia sama seperti Atobe senpai dalam hal yang bernama kekayaan). Satu hal yang terlintas saat itu ’Hyoutei memang tidak main-main menerima murid baru...’

”......Hikaru san....”

Saat itulah, aku baru tahu bahwa permainan piano Choutarou bukan hanya isapan jempol belaka. Dia menyuguhkan permainan yang bisa mencampuradukkan perasaanku saat mendengarkannya. Permainan yang menikmati dan mencintai musik namun ada saat-saat dentingan piano Choutarou berubah menjadi kesedihan dan kesepian. ’Apa itu hanya perasaanku saja?’

Satu bulan setelahnya, aku sadar...bahwa selama ini Choutarou selalu ada disampingku. Baik saat bahagia ataupun saat aku putus asa. Awalnya aku ragu, karena Choutarou selalu baik pada siapa saja. Tapi dia menghapus semua keraguanku itu saat ia mengatakan bahwa ia.....

 ”Hikaru san!”

”Akhh...!” ucapku kaget. ”Ada apa Choutarou?”

”Maaf...apa aku membuatmu kaget?”

”Ahh...aku hanya melamun tadi.”

”...A-anoo...Aku berpikir untuk tidak ikut ambil bagian dalam drama ini.”

”Hehhh? Kenapa? Kau pemeran utamanya, Choutarou kun!”

”Justru karena aku pemeran utamanya itulah yang membuatku tidak sanggup melakukannya. Aku...tidak pernah bermain drama sebelumnya. ”

”....Choutarou.....”
 

BERSAMBUNG

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Mind to review? mumpung chapter 2 belum dipublish #forget it

Terima kasih juga buat my Shissou!! Yang uda buatin sketsa nya si Hikaru. FF ini berasa Light novel yang jadi manga #lebay, padahal cuman Hikaru doang yang digambar.

Di gambarnya Shissou, ada tanda tangannya dia lho!
So, don't dare to take this picture and  said this pic as your mine!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You have klik in Comment. So, comment which make me better. Douzo!